Minggu, 21 April 2013

Look at My Own "CERPEN" :D

Siang semuaaa, hari ini gue bakal nunjukin salah satu cerpen buatan gue, seemoga kalian suka yaa, cekidot :D



SELAI BLUEBERRY TERMANIS
“Sampai kapan kamu mau begini?! Kalau udah ga suka lagi, oke kita putus!!”
Aku menangis menyaksikan FTV siang ini yang berakhir dengan bad ending. Kadang aku memang teralu sensitif saat lagi asik menyaksikan sebuah film. Aku mematikan TV, kemudian melangkahkan kaki menuju ruang makan, melahap sepiring roti bakar dengan selai blueberry di atasnya. Hmm, rasanya sungguh enaaakk.
          Tok tok tok, permisi..” terdengar suara lelaki mengetuk pintu rumahku. Akupun bergegas membukanya.
          “Iya, maaf, ada perlu apa ya?” aku bertanya padanya. Kelihatannya lelaki itu seumuran denganku, dan kayaknya ga mungkin kalo dia mencari papa atau mama.
“Maaf, aku lagi mencari seseorang yang bernama Sesil, kamu tau ga dimana rumahnya?” Ia bertanya padaku seolah olah kita sudah akrab. Dengan wajah penuh senyum dan percaya diri, sepertinya dia yakin sekali kalau ini rumah Sesil. Aku harus jujur atau berbohong ya, bagaimana jika Ia ingin menculikku. Ah, lupakan, mana mungkin orang berwajah terawat, rapi, dan penuh senyum ini seorang penculik.
“Iya, aku Sesil, ada apa kamu mencariku? Sepertinya kita ga pernah kenal atau bertemu sebelumnya. Kamu siapa?” jawabku dengan wajah penuh rasa curiga.
“Kamu Sesil? Astaga, kamu makin manis ya, aku kangen banget sama kamu, kamu ga inget sama aku? Parah! Parah banget! Dulu kita sering main bareng di Jakarta, sebelum kamu pindah ke Yogya, aku juga sempet ngasih kamu liontin, itu yang kamu pake sekarang” Ia menjelaskan secara rinci dengan nada yang begitu bersemangat dan tangannya menunjuk liontin yang kupakai . Aku berusaha menginggat ingat siapa dia, eh malah teringat FTV tadi, ah, otakku memang sedang kacau karna mata kuliah yang menyebalkan. Setelah kurenungkan, sepertinya aku mulai ingat.
Dia Dio, teman dekatku saat berumur 6 tahun. Itu sudah lama sekali dan untuk apa Ia menyusulku jauh jauh ke Yogya. Sebenarnya aku senang sekali dia masih ingat denganku, banyak sekali pertanyaan yang ingin kuutarakan padanya. Berbicara di depan pintu teralalu lama membuatku lelah. Langit mulai mendung, dan sebentar lagi akan turun hujan, aku mengajaknya masuk, dan kita bercerita banyak hingga pukul 22.00 malam.
“Eh, udah malam ya, kayaknya cerita ceritanya kita lanjutkan besok di kampus aja ya Di, aku juga udah ngantuk, salam ya buat papa mama kamu” aku mengantarnya keluar dan melambaikan tangan padanya. Kemudian, aku berlari ke dalam, bercerita tentangnya yang baru saja sampai dan kini memulai semester pertamanya di Yogya. Mama dan Papa mendengarkan dengan antusias.
Hari pertama perjumpaanku dengan Dio di kampus..
“Ma, pa, aku berangkat ke kampus yaa” aku berpamitan dengan orang tuaku dan memulai langkah dengan penuh senyum. Kulihat orang orang di kampus berlarian, seperti ada gempa atau tsunami yang akan melanda, tapi ternyataa “Aaaa!! Jam 06.28!! 2 menit lagi aku telaatt!!” wajahku mulai panik. Tiba tiba Kira, teman sekelasku menarik tanganku..
“Sil, ayo cepet nanti keburu bel, kamu tau kan sekarang mata pelajaran siapa?? Guru ngebetein nih” Akupun berlari mengikutinya. Memang guru mata kuliah yang satu ini susah banget diajak kompromi. Dalam sehari 1 buku tebal juga bakal dilahap sama dia. Pelajaran hari ini sangat sunyi dan membosankan.
Kriiinngg!! Kriiinngg!! Kriiinng!!”
Akhirnya mata kuliah hari ini selesai. Aku dan Kira langsung berlari keluar kelas.
“Sil!!” tiba tiba ada yang memegang kepalaku. Akupun menoleh ke belakang.
“Kemana aja sih?? Jadi ga nih cerita cerita lagi? Aku masih penasaran tentang kamu selama ga ada aku” Dio tersenyum dan tangannya yang berada di atas kepalaku membuat rambutku menjadi berantakan.
          “Iya iya, ga usah berantakin rambutku juga kali. Kita ngobrolnya sambil jalan jalan keliling Yogya aja yaa?”
Kira yang melihatku begitu akrab dengan Dio hanya tersenyum kemudian meninggalkan kami berdua. Entah ada apa dengannya. Aku dan Dio juga bergegas meninggalkan kampus untuk mencari tempat yang asik untuk berbincang.
          Kami menemukan sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus. Gosipnya makanan disini enak dan harganya terjangkau. Yaa, pas lah buat mahasiswa yang belum berpenghasilan kayak kita. Hehe..
“Mau pesan apa?” seorang pramusaji bertanya dengan perlahan dan sopan
“Roti bakar dengan selai blueberry diatasnya!!” aku dan Dio mengucapkan menu itu bersama, entah mengapa kita berdua sama sama mengucapkannya dengan mata berbinar seolah itu adalah menu yang benar benar enak di sore hari yang agak mendung seperti hari kemarin. Pramusaji itu hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan kami. Aku dan Dio tertawa geli, seakan tak percaya apa yang baru saja kita ucapkan. Sore itu berlalu dengan canda tawa, berbagi cerita dan tentunya roti bakar dengan selai blueberry yang super lezat :D Rasanya hari ini berlalu sangat cepat.
Hari ini membuatku sangat lelah, hingga aku tertidur pulas…
Hari ini.. kampus terlihat lebih sepi. Mungkin karna hari ini hujan lebat. Aku berlari di koridor kampus yang kadang terlihat seperti gang senggol. Kemudian… Aku melihat Dio berlari, bergandengan tangan dengan seorang wanita. Ia menghampiriku mengenalkan wanita itu padaku
          “Sil, ini Systa, dia pacar aku, Sys, ini Sesil, teman kecil aku dulu” Dio saling mengenalkan kami. Seakan waktu terhenti, dan sambaran petir bergumuruh makin dahsyat . Oh Tuhan, perasaan apa ini?
          “Enggaaakk!!!! Ga mungkiinn!!!” Aku berteriak, terbangun dari mimpi yang membuat hatiku sesak, seperti tertiban truk tronton yang sangat besar.
“Sebenernya aku kenapa? Kenapa perasaannya jadi aneh begini? Sessiill!! Apa sih yang kamu pikirkan? Apa ini yang namanya cinta??” Aku bergumam dalam hati seolah tak percaya aku bisa terbangun pukul 23.20 hanya karna mimpi aneh itu. Padahal tadi sore aku sedang bersenang senang dengan Dio. Pikiranku melayang jauh entah kemana. Aku mencoba kembali tidur meski dalam keadaan galau.
“Good Morniingg!!” Aku menyambut pagi dengan penuh senyum seperti tak pernah mengalami mimpi yang sangat buruk itu. Seperti biasa, aku menyiapkan diri lalu pergi ke kampus. Hari ini, kulihat bunga bunga bermekaran indah di sekitarku. Firasatku, sepertinya hari ini akan jadi hari yang terbaik. Aku berjalan dengan penuh semangat. Berharap hari ini berjalan sesuai dengan firasatku.
“Hai Sil, tumben hari ini ga telat, biasanya kamu selalu berlari sebelum bel masuk” Kira datang menghampiri + meledekku.
          “Hmm, kamu ini Ra, hari ini aku ngerasa seneng banget. Pasti kamu mau tanya kenapa kan?? Aku juga ga tau kenapa. Hari ini aku bangun dengan perasaan itu. Aneh ya? Aku juga bingung” ujarku pada Kira sambil mengerutkan kening.
Sepanjang hari aku mencari Dio. Tak kutemukan Ia disudut manapun. Biasanya dia seperti penguntit, yang selalu ada dimanapun aku berada. Aku cemas mencarinya, sekarang hampir pukul 17.00, dan sebentar lagi semua mata kuliah hari ini akan selesai.
          “Dioo, kamu kemana sihh?? Sepi banget dunia kayaknya” Aku bergumam sendiri di taman yang sangat sunyi
          “Hey!! Kamu kangen ya sama aku?? belum sahari aja udah kangen, yaampun Sesiill” Dio datang tiba tiba dan memberantaki rambutku seperti biasa.
          “Diooo, apa sih?? Selalu saja kamu memberantaki rambutku. Siapa yag kangen kamu? Aku cuma.. cuma kawatir kalau kamu kenapa kenapa” ujarku gugup menjawab pernyataan Dio. 
          “Bener ga kangen? Tapi perhatian banget siihh” Ia mencubit pipiku seperti sedang mencubit bayi gorila gendut yang kebal sama cubitan. Anak ini memang terkadang suka gila dan heboh sendiri. Aku bingung menghadapinya. Sore ini, tidak mendung seperti biasa, hanya ada matahari yang tertutup awan, dan hampir menghilang dari langit.
          “Tumben ya hari ini ga mendung?? Jangan jangan nanti ada yang mendung kalo aku pulang” Dio melirikku, seakan aku akan sedih kalau dia pergi meninggalkanku sendiri.
          “Siapa? Kamu menyindirku? Ih, pede banget sihh. Tapii.. sekalian anterin pulang gapapa kan?? Hehehe” Aku tersenyum memasang wajah melas padanya. Dio hanya tersenyum memasang wajah lucunya. Dan, akupun diantar pulang olehnya.
Sesampainya di rumah, aku melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih padanya. Ah, sungguh pangeran yang selama ini kuimpikan. Sayangnya, kamu hanya temanku, dan selamanya akan begitu.
Malam ini terasa dingin, lebih dingin dari biasanya, Aku sampai tidur menggunakan kaos kaki. Aku mencoba untuk tertidur meski dingin ini rasanya semakin menusuk tulang. 
 
“Krriiiiiiinngg!!!!!” alarmku berbunyi. Aku terbangun dengan sangat terkejut.
“Hah? Gimana mungkin alarmku yang sudah beberapa hari lalu rusak, hari ini bisa.. bisa berdering lagi? Astaga, mungkin aku yang lupa mengeceknya, jangan berfikiran aneh Siill” aku berusaha menyingkirkan fikiran negatif yang berkumpul di otakku. Aku bersiap untuk pergi ke kampus, menjalani hariku yang biasa. Tapi mungkin mulai hari ini, akan menjadi hari hari yang luar biasa degan Dio yang selalu menghiburku.
“Sesil!! Kamu udah dengar kabar ?!!” Kira bertanya padaku dengan nada yang sangat panik
“Ada apa sih Ra?? Panik bangeett, cerita pelan pelan, memang ada kabar apaa?” aku bertanya padanya dengan perasaan gelisah.
“Dio Sil, Dio.. dia kecelakaan tadi malam, kabarnya dia lagi cari hadiah ulang tahun buat kamu, tapi tiba tiba dia tertabrak mobil yang melaju kencang, kita dikabarin, kalo dia ga bisa diselamatin. Aku turut berduka ya Sil” Kira pergi, meninggalkan wajah sedihnya padaku dan memberikan sebuah surat yang ditemukan dalam jaket Dio. Aku tertegun,. Pasti ini semua mimpi kan. Pasti mimpi deh, kemarin aku juga mimpi buruk. Aku berusaha memasang wajah ceria, tapi air mataku tak bisa tertahan lagi. Wajahku penuh dengan air mata. Seakan matahari tak bersinaar lagi dan bunga yang bermekaran kembali menguncup.
          “Ulang tahun? Bahkan aku lupa kalau sekarang aku ulang tahun. Seharusnya kamu ga pergi ninggalin aku gitu aja Dioo, kamu ga perlu pergi kalo akhirnya kayak gini” Air mataku semakin deras, aku berlari menuju taman. Tempat terakhir kali aku bercanda canda dengannya. Perlahan aku membuka surat darinya. Tapi rasanya terlalu berat untuk membacanya. Aku menutupnya kembali.
“Oh Tuhan, aku tak sanggup. Apa yang harus kulakukan??” Aku menangis tersedu sedu. Kuberanikan diri membuka surat itu.
Aku membaca perlahan dalam hati..
Haii Sesil, besok tanggal 18 Agustus! Cie besok ulang tahun yaa?? Ngasih selamat sekarang boleh kaann?? Happy Birthday teman kecilku yang paling manis, semoga kamu menjadi pribadi yang lebih baik, sangat baik :D
Sil, kamu tau ga sih, aku sampe berhentiin motor di pinggir jalan buat nulis surat ini loh. Pasti kamu akan nanya “kenapa?” karenaa, kayaknya malam ini dingin bangeett, kamu ngerasa ga?? Rasanya dinginnya malam, mau ngerebut kamu dari sisi aku Sil, kadang aku ngerasa takut.
Selama beberapa tahun ini, aku mencari kamu, berharap suatu saat kita akan bersama lagi kayak dulu. Sekarang aku udah ketemu sama kamu, aku ga mau jauh lagi dari kamu
Satu hal yang ingin aku utarakan Sil, aku..
“Aku sayang sama kamu”
Tapi mungkin kertas ini cuma bisa jadi goresan hati yang tak tersampaikan
Cuma bisa aku ungkapin dalam hati, aku ga mau kamu jadi pacar aku yang sementara
Tapi aku ingin kamu jadi sahabatku yang paling manis selamanya
Seandainya saat ini aku punya roti bakar,
Aku pasti minta kamu buat jadi selai blueberry termanis yang pernah ada
Tapi kamu bukan selai
Kamu itu bintang yang selalu menerangi aku Sil
Sinarnya ga akan pernah padam dan ga akan pernah hilang
Semoga kita kayak ranting dan pohon yaa
Yang ga akan pernah pergi dan akan selalu bersama meski badai melanda
Salam sayang untukmu
                                                                                                                        Dio

Seakan jantungku tak lagi berdetak, aku tak sanggup lagi. Aku berlari menuju rumah sakit, menggenggam surat yang ditulisnya untukku.
          “Tuhan, mengapa Kau pertemukan aku dengannya bila akhirnya Kau pisahkan kami?” aku bergumam di sepanjang jalan sambil berderai air mata.
          Sampai disana, aku bertemu dengan orang tuaku dan orang tua Dio. Aku menghampiri mama, memeluknya. Meyakinkan bahwa ini hanya mimpi. Tapi kenyataannya bukan.
Aku berusaha merelakan Dio, merelakan hari hari indah yang telah kuukir bersamanya.

Itu diaa :D Gimana?? bagus ga?? Semoga kalian suka ya,. Cukup sekian, seperti biasa, selalu tersenyum dan semoga Tuhan selalu memberkati hari harimu :D daa =D