SELAI BLUEBERRY TERMANIS
“Sampai kapan kamu mau
begini?! Kalau udah ga suka lagi, oke kita putus!!”
Aku menangis menyaksikan FTV siang
ini yang berakhir dengan bad ending.
Kadang aku memang teralu sensitif saat lagi asik menyaksikan sebuah film. Aku
mematikan TV, kemudian melangkahkan kaki menuju ruang makan, melahap sepiring
roti bakar dengan selai blueberry di atasnya. Hmm, rasanya sungguh enaaakk.
“Tok tok tok, permisi..” terdengar suara
lelaki mengetuk pintu rumahku. Akupun bergegas membukanya.
“Iya,
maaf, ada perlu apa ya?” aku bertanya padanya. Kelihatannya lelaki itu seumuran
denganku, dan kayaknya ga mungkin kalo dia mencari papa atau mama.
“Maaf, aku lagi mencari
seseorang yang bernama Sesil, kamu tau ga dimana rumahnya?” Ia bertanya padaku
seolah olah kita sudah akrab. Dengan wajah penuh senyum dan percaya diri,
sepertinya dia yakin sekali kalau ini rumah Sesil. Aku harus jujur atau
berbohong ya, bagaimana jika Ia ingin menculikku. Ah, lupakan, mana mungkin
orang berwajah terawat, rapi, dan penuh senyum ini seorang penculik.
“Iya, aku Sesil, ada
apa kamu mencariku? Sepertinya kita ga pernah kenal atau bertemu sebelumnya.
Kamu siapa?” jawabku dengan wajah penuh rasa curiga.
“Kamu Sesil? Astaga,
kamu makin manis ya, aku kangen banget sama kamu, kamu ga inget sama aku?
Parah! Parah banget! Dulu kita sering main bareng di Jakarta, sebelum kamu
pindah ke Yogya, aku juga sempet ngasih kamu liontin, itu yang kamu pake sekarang”
Ia menjelaskan secara rinci dengan nada yang begitu bersemangat dan tangannya
menunjuk liontin yang kupakai . Aku berusaha menginggat ingat siapa dia, eh
malah teringat FTV tadi, ah, otakku memang sedang kacau karna mata kuliah yang
menyebalkan. Setelah kurenungkan, sepertinya aku mulai ingat.
Dia Dio, teman dekatku saat berumur
6 tahun. Itu sudah lama sekali dan untuk apa Ia menyusulku jauh jauh ke Yogya.
Sebenarnya aku senang sekali dia masih ingat denganku, banyak sekali pertanyaan
yang ingin kuutarakan padanya. Berbicara di depan pintu teralalu lama membuatku
lelah. Langit mulai mendung, dan sebentar lagi akan turun hujan, aku
mengajaknya masuk, dan kita bercerita banyak hingga pukul 22.00 malam.
“Eh, udah malam ya, kayaknya
cerita ceritanya kita lanjutkan besok di kampus aja ya Di, aku juga udah
ngantuk, salam ya buat papa mama kamu” aku mengantarnya keluar dan melambaikan
tangan padanya. Kemudian, aku berlari ke dalam, bercerita tentangnya yang baru
saja sampai dan kini memulai semester pertamanya di Yogya. Mama dan Papa
mendengarkan dengan antusias.
Hari pertama perjumpaanku
dengan Dio di kampus..
“Ma, pa, aku berangkat
ke kampus yaa” aku berpamitan dengan orang tuaku dan memulai langkah dengan
penuh senyum. Kulihat orang orang di kampus berlarian, seperti ada gempa atau
tsunami yang akan melanda, tapi ternyataa “Aaaa!! Jam 06.28!! 2 menit lagi aku
telaatt!!” wajahku mulai panik. Tiba tiba Kira, teman sekelasku menarik
tanganku..
“Sil, ayo cepet nanti
keburu bel, kamu tau kan sekarang mata pelajaran siapa?? Guru ngebetein nih”
Akupun berlari mengikutinya. Memang guru mata kuliah yang satu ini susah banget
diajak kompromi. Dalam sehari 1 buku tebal juga bakal dilahap sama dia.
Pelajaran hari ini sangat sunyi dan membosankan.
“Kriiinngg!! Kriiinngg!! Kriiinng!!”
Akhirnya mata kuliah hari ini
selesai. Aku dan Kira langsung berlari keluar kelas.
“Sil!!” tiba tiba ada
yang memegang kepalaku. Akupun menoleh ke belakang.
“Kemana aja sih?? Jadi ga nih
cerita cerita lagi? Aku masih penasaran tentang kamu selama ga ada aku” Dio
tersenyum dan tangannya yang berada di atas kepalaku membuat rambutku menjadi
berantakan.
“Iya
iya, ga usah berantakin rambutku juga kali. Kita ngobrolnya sambil jalan jalan
keliling Yogya aja yaa?”
Kira yang melihatku begitu akrab
dengan Dio hanya tersenyum kemudian meninggalkan kami berdua. Entah ada apa
dengannya. Aku dan Dio juga bergegas meninggalkan kampus untuk mencari tempat
yang asik untuk berbincang.
Kami
menemukan sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus. Gosipnya makanan disini enak
dan harganya terjangkau. Yaa, pas lah buat mahasiswa yang belum berpenghasilan
kayak kita. Hehe..
“Mau pesan apa?”
seorang pramusaji bertanya dengan perlahan dan sopan
“Roti bakar dengan selai blueberry
diatasnya!!” aku dan Dio mengucapkan menu itu bersama, entah mengapa kita
berdua sama sama mengucapkannya dengan mata berbinar seolah itu adalah menu
yang benar benar enak di sore hari yang agak mendung seperti hari kemarin.
Pramusaji itu hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan kami. Aku dan Dio tertawa
geli, seakan tak percaya apa yang baru saja kita ucapkan. Sore itu berlalu
dengan canda tawa, berbagi cerita dan tentunya roti bakar dengan selai
blueberry yang super lezat :D Rasanya hari ini berlalu sangat cepat.
Hari ini membuatku sangat lelah,
hingga aku tertidur pulas…
Hari ini.. kampus
terlihat lebih sepi. Mungkin karna hari ini hujan lebat. Aku berlari di koridor
kampus yang kadang terlihat seperti gang senggol. Kemudian… Aku melihat Dio
berlari, bergandengan tangan dengan seorang wanita. Ia menghampiriku
mengenalkan wanita itu padaku
“Sil,
ini Systa, dia pacar aku, Sys, ini Sesil, teman kecil aku dulu” Dio saling
mengenalkan kami. Seakan waktu terhenti, dan sambaran petir bergumuruh makin
dahsyat . Oh Tuhan, perasaan apa ini?
“Enggaaakk!!!!
Ga mungkiinn!!!” Aku berteriak, terbangun dari mimpi yang membuat hatiku sesak,
seperti tertiban truk tronton yang sangat besar.
“Sebenernya aku kenapa?
Kenapa perasaannya jadi aneh begini? Sessiill!! Apa sih yang kamu pikirkan? Apa
ini yang namanya cinta??” Aku bergumam dalam hati seolah tak percaya aku bisa
terbangun pukul 23.20 hanya karna mimpi aneh itu. Padahal tadi sore aku sedang
bersenang senang dengan Dio. Pikiranku melayang jauh entah kemana. Aku mencoba
kembali tidur meski dalam keadaan galau.
“Good Morniingg!!” Aku
menyambut pagi dengan penuh senyum seperti tak pernah mengalami mimpi yang
sangat buruk itu. Seperti biasa, aku menyiapkan diri lalu pergi ke kampus. Hari
ini, kulihat bunga bunga bermekaran indah di sekitarku. Firasatku, sepertinya
hari ini akan jadi hari yang terbaik. Aku berjalan dengan penuh semangat. Berharap
hari ini berjalan sesuai dengan firasatku.
“Hai Sil, tumben hari
ini ga telat, biasanya kamu selalu berlari sebelum bel masuk” Kira datang
menghampiri + meledekku.
“Hmm,
kamu ini Ra, hari ini aku ngerasa seneng banget. Pasti kamu mau tanya kenapa
kan?? Aku juga ga tau kenapa. Hari ini aku bangun dengan perasaan itu. Aneh ya?
Aku juga bingung” ujarku pada Kira sambil mengerutkan kening.
Sepanjang hari aku mencari Dio. Tak
kutemukan Ia disudut manapun. Biasanya dia seperti penguntit, yang selalu ada
dimanapun aku berada. Aku cemas mencarinya, sekarang hampir pukul 17.00, dan
sebentar lagi semua mata kuliah hari ini akan selesai.
“Dioo,
kamu kemana sihh?? Sepi banget dunia kayaknya” Aku bergumam sendiri di taman
yang sangat sunyi
“Hey!!
Kamu kangen ya sama aku?? belum sahari aja udah kangen, yaampun Sesiill” Dio
datang tiba tiba dan memberantaki rambutku seperti biasa.
“Diooo,
apa sih?? Selalu saja kamu memberantaki rambutku. Siapa yag kangen kamu? Aku
cuma.. cuma kawatir kalau kamu kenapa kenapa” ujarku gugup menjawab pernyataan
Dio.
“Bener
ga kangen? Tapi perhatian banget siihh” Ia mencubit pipiku seperti sedang
mencubit bayi gorila gendut yang kebal sama cubitan. Anak ini memang terkadang
suka gila dan heboh sendiri. Aku bingung menghadapinya. Sore ini, tidak mendung
seperti biasa, hanya ada matahari yang tertutup awan, dan hampir menghilang dari
langit.
“Tumben
ya hari ini ga mendung?? Jangan jangan nanti ada yang mendung kalo aku pulang”
Dio melirikku, seakan aku akan sedih kalau dia pergi meninggalkanku sendiri.
“Siapa?
Kamu menyindirku? Ih, pede banget sihh. Tapii.. sekalian anterin pulang gapapa
kan?? Hehehe” Aku tersenyum memasang wajah melas padanya. Dio hanya tersenyum
memasang wajah lucunya. Dan, akupun diantar pulang olehnya.
Sesampainya di rumah, aku
melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih padanya. Ah, sungguh pangeran
yang selama ini kuimpikan. Sayangnya, kamu hanya temanku, dan selamanya akan
begitu.
Malam ini terasa dingin, lebih
dingin dari biasanya, Aku sampai tidur menggunakan kaos kaki. Aku mencoba untuk
tertidur meski dingin ini rasanya semakin menusuk tulang.
“Krriiiiiiinngg!!!!!”
alarmku
berbunyi. Aku terbangun dengan sangat terkejut.
“Hah? Gimana mungkin alarmku yang
sudah beberapa hari lalu rusak, hari ini bisa.. bisa berdering lagi? Astaga,
mungkin aku yang lupa mengeceknya, jangan berfikiran aneh Siill” aku berusaha
menyingkirkan fikiran negatif yang berkumpul di otakku. Aku bersiap untuk pergi
ke kampus, menjalani hariku yang biasa. Tapi mungkin mulai hari ini, akan
menjadi hari hari yang luar biasa degan Dio yang selalu menghiburku.
“Sesil!! Kamu udah dengar kabar ?!!”
Kira bertanya padaku dengan nada yang sangat panik
“Ada apa sih Ra?? Panik
bangeett, cerita pelan pelan, memang ada kabar apaa?” aku bertanya padanya
dengan perasaan gelisah.
“Dio Sil, Dio.. dia
kecelakaan tadi malam, kabarnya dia lagi cari hadiah ulang tahun buat kamu,
tapi tiba tiba dia tertabrak mobil yang melaju kencang, kita dikabarin, kalo
dia ga bisa diselamatin. Aku turut berduka ya Sil” Kira pergi, meninggalkan
wajah sedihnya padaku dan memberikan sebuah surat yang ditemukan dalam jaket
Dio. Aku tertegun,. Pasti ini semua mimpi kan. Pasti mimpi deh, kemarin aku
juga mimpi buruk. Aku berusaha memasang wajah ceria, tapi air mataku tak bisa
tertahan lagi. Wajahku penuh dengan air mata. Seakan matahari tak bersinaar
lagi dan bunga yang bermekaran kembali menguncup.
“Ulang
tahun? Bahkan aku lupa kalau sekarang aku ulang tahun. Seharusnya kamu ga pergi
ninggalin aku gitu aja Dioo, kamu ga perlu pergi kalo akhirnya kayak gini” Air
mataku semakin deras, aku berlari menuju taman. Tempat terakhir kali aku
bercanda canda dengannya. Perlahan aku membuka surat darinya. Tapi rasanya
terlalu berat untuk membacanya. Aku menutupnya kembali.
“Oh Tuhan, aku tak
sanggup. Apa yang harus kulakukan??” Aku menangis tersedu sedu. Kuberanikan
diri membuka surat itu.
Aku membaca perlahan
dalam hati..
Haii
Sesil, besok tanggal 18 Agustus! Cie besok ulang tahun yaa?? Ngasih selamat
sekarang boleh kaann?? Happy Birthday teman kecilku yang paling manis, semoga
kamu menjadi pribadi yang lebih baik, sangat baik :D
Sil,
kamu tau ga sih, aku sampe berhentiin motor di pinggir jalan buat nulis surat
ini loh. Pasti kamu akan nanya “kenapa?” karenaa, kayaknya malam ini dingin
bangeett, kamu ngerasa ga?? Rasanya dinginnya malam, mau ngerebut kamu dari
sisi aku Sil, kadang aku ngerasa takut.
Selama
beberapa tahun ini, aku mencari kamu, berharap suatu saat kita akan bersama
lagi kayak dulu. Sekarang aku udah ketemu sama kamu, aku ga mau jauh lagi dari
kamu
Satu
hal yang ingin aku utarakan Sil, aku..
“Aku
sayang sama kamu”
Tapi
mungkin kertas ini cuma bisa jadi goresan hati yang tak tersampaikan
Cuma
bisa aku ungkapin dalam hati, aku ga mau kamu jadi pacar aku yang sementara
Tapi
aku ingin kamu jadi sahabatku yang paling manis selamanya
Seandainya
saat ini aku punya roti bakar,
Aku
pasti minta kamu buat jadi selai blueberry termanis yang pernah ada
Tapi
kamu bukan selai
Kamu
itu bintang yang selalu menerangi aku Sil
Sinarnya
ga akan pernah padam dan ga akan pernah hilang
Semoga
kita kayak ranting dan pohon yaa
Yang
ga akan pernah pergi dan akan selalu bersama meski badai melanda
Salam
sayang untukmu
Dio
Seakan jantungku tak lagi berdetak,
aku tak sanggup lagi. Aku berlari menuju rumah sakit, menggenggam surat yang
ditulisnya untukku.
“Tuhan,
mengapa Kau pertemukan aku dengannya bila akhirnya Kau pisahkan kami?” aku
bergumam di sepanjang jalan sambil berderai air mata.
Sampai
disana, aku bertemu dengan orang tuaku dan orang tua Dio. Aku menghampiri mama,
memeluknya. Meyakinkan bahwa ini hanya mimpi. Tapi kenyataannya bukan.
Aku berusaha merelakan Dio,
merelakan hari hari indah yang telah kuukir bersamanya.
Itu diaa :D Gimana?? bagus ga?? Semoga kalian suka ya,. Cukup sekian, seperti biasa, selalu tersenyum dan semoga Tuhan selalu memberkati hari harimu :D daa =D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar